Ahadar Mbojo
Kamis, 14 Mei 2015
Rabu, 11 Maret 2015
MODEL PEMBELAJARAN PEMROSESAN INFORMASI
MAKALAH
MODEL
PEMBELAJARAN PEMROSESAN INFORMASI
DAFTAR ISI
Judul……………………………………………………………………………. i
Kata Pengantar………………………………………………………………… ii
Daftar Isi………………………………………………………………….......... iii
Bab I. Pendahuluan………………………………………………………........ 1
A. Latar
belakang…………………………………………………………… 1
B. Rumusan
masalah………………………………………………………… 2
C. Tujuan…………………………………………………………………… 2
D. Manfaat…………………………………………………………………. 2
Bab II. Pembahasan…………………………………………………………… 3
A. Pengertian
model pembelajaran………………………………………....... 3
B. Ciri-ciri
model pembelajaran…………………………………………….. 4
C. Pengertian
model pembelajaran pemrosesan informasi………………….. 5
D. Rumpun-rumpun
model pemrosesan informasi………………………….. 7
BAB III. PENUTUP……………………………………………………………. 15
A. Kesimpulan………………………………………………………………. 15
B. Saran……………………………………………………………………… 16
Daftar Pustaka....................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Belajar
merupakan sebuah proses untuk melakukan perubahan perilaku seseorang yang
berupa aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam melanjutkan kehidupan
yang lebih baik lagi. Tiga aspek tersebut merupakan tujuan pendidikan pada
umumnya. Dalam mencapai tujuan tersebut kurikulum telah merancang proses
pembelajaran yang efektif dan efisien, salah satunya adalah penentuan model
pembelajaran sesuai dengan karakteristik atau gaya belajar peserta didik.
Model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lain (Joyce & Weil) dalamRusman (2014:
133). Dalam makalah ini akan membahas rumpun model pembelajaran. Rumpun model
pembelajaran terdiri dari empat model pembelajaran, yaitu model pembelajaran
pemrosesan informasi, model pembelajaran interaksi social, model pembelajaran
personal dan model pembelajaran perilaku.
Secara khusus dalam makalah ini akan membahas tentang rumpun model pembelajaran
pemrosesan informasi.
Rumpun
model pembelajaran informasi ini berdasarkan teori belajar kognitif yang dimana
berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses informasi. Model
pembelajaran pemrosesan informasi juga memiliki rumpun model pembelajaran lagi,
yakni model berpikir induktif, model latihan inkuiri, inkuiri ilmiah, penemuan
konsep, pertumbuhan kognitif, model penata lanjutan dan memori. Lebih lanjut
akan dibahas dibahas pada bab II.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah pada makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Apa
yang dimaksud dengan model pembelajaran?
2. Seperti
apakah ciri-ciri model pembelajaran?
3. Apa
yang dimaksud dengan model pembelajaran pemrosesan informasi?
4. Jelaskan
rumpun model pembelajaran pemrosesan informasi?
C. Tujuan
penulisan
Berdasarkan
uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan adalah mahasiswa
diharapkan:
1. Memahami
pengertian model pembelajaran;
2. Memahami
karakteristik model pembelajaran;
3. Memahami
pengertian model pembelajaran pemrosesan informasi;
4. Memahami
rumpun model pembelajaran pemrosesan informasi;
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
model pembelajaran
Kegiatan pembelajaran merupakan bagian yang paling penting dalam
implementasi kurikulum. Untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi
pembelajaran, dapat diketahui melalui kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut seorang pengajar sudah
seharusnya mengetahui bagaimana membuat kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik
dan dapat mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran
secara efektif dan efisien diperlukan adanya suatu inovasi untuk mengembangkan
model – model pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar.
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai
prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyususun model pembelajaran
berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, teori-teori psikologis, sosiologis,
psikiatri, analisis sistem, atau teori-teori lain. Model dimaknai sebagai suatu
objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu hal. Sesuatu
yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif, (Meyer,
1985).
Joyce & Weil (1980) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah
suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Adapun Soekamto mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah:
“kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
B.
Ciri-ciri Model
Pembelajaran
Model
pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Berdasarkan
teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
Sebagai contoh, model pembelajaran kelompok disusun oleh Herbert
Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih
partisipasi dalam kelompok secara demokratis.
2.
Mempunyai misi
atau tujuan pendidikan tertentu.
Misalnya model berfikir induktif dirancang untuk mengembangkan
proses berpikir induktif.
3.
Dapat dijadikan
pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki
kreativitas dalam pelajaran mengarang.
4.
Memiliki
bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax),
(2) adanya prinsip-prinsip reaksi, (3) sistem sosial, dan (4) sistem pendukung.
Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan
suatu modl pembelajaran.
5.
Memiliki dampak
sebagai akibat terapan model pembelajaran
Dampak tersebut meliputi: (1) dampak pembelajaran, yaitu hasil
belajar yang dapat diukur (2) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka
panjang.
6.
Membuat
persiapan mengajar (desain intruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang
dipilihnya.
C. Model pembelajaran Pemprosesan Informasi
Model ini berlandaskan teori belajar
kognitif, yang dimana berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi dan
sistem-sistem yang dapat memperbaiki kemampuannya. Menurut Oemar Hamalik (2011:
128-129) Pemrosesan informasi tersebut merujuk bagaimana cara-cara atau
menerima informasi stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan
masalah, menemukan konsep-konsep, serta menggunakan simbol-simbol verbal dan
non verbal. Kemudian menurut Syaiful sagala (2012,74) informasi
yang diberikan dalam bentuk energy fisik tertentu (sinar untuk bahan tertulis,
bunyi untuk bahan ucapan, tekanan untuk sentuhan, dll) diterima oleh reseptor
yang peka terhadap tanda dalam bentuk-bentuk tertentu. Pada model ini, mengutamakan
bagaimana membantu siswa agar mampu berpikir produktif, memecahkan masalah
dengan kemampuan intelektual yang telah dimiliki oleh peserta didik.
Model pemprosesan informasi pada
dasarnya menitikberatkan pada cara-cara memperkuat dorongan-dorongan internal
(datang dari dalam diri) untuk memahami dunia dengan cara menggali dan
mengordinasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan
pemecahannya. Beberapa model dalam kelompok ini memberikan kepada para siswa
sejumlah konsep, sebagian lagi menitikberatkan pada pembentukan konsep dan
pengetesan hipotesis, dan sebagian lainnya memusatkan perhatian pada
pengembangan kemampuan kreatif. Beberapa model sengaja dirancang untuk
memperkuat kemampuan intelektual umum.
Menurut
Robert M gagne dalam Rusman (2014: 139-140) dalam proses pembelajaran model
pemrosesan informasi terdiri dari delapan fase, yakni sebagai berikut.
1. Motivasi,
fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk melakukan suatu tindakan
dalam mencapai tujuan tertentu (motivasi instrinsik dan ekstrinsik);
2. Pemahaman,
fase ini individu menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran.
Pemahaman didapat melalui perhatian;
3. Pemerolehan,
individu memberikan makna/mempersepsikan segala informasi yang pada dirinya
sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori peserta didik;
4. Penahanan,
menahan informasi yang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan
dalam memori siswa;
5. Ingatan
kembali, mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan, bila ada
rangsangan;
6. Generalisasi,
menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu;
7. Perlakuan,
perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran;
8. Umpan
balik, individu memperoleh feedback dari
perilaku yang telah dilakukannya.
Menurut
Rusman (2014:140) pembelajaran pemrosesan informasi ada Sembilan langkah yang
harus diperhatikan oleh seorang pendidikan, yakni sebagai berikut.
1. Melakukan
tindakan untuk menarik perhatian siswa;
2. Memberikan
informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topic yang akan dibahas;
3. Merangsang
siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran;
4. Menyampaikan
isi pembelajaran sesuai dengan topic yang telah direncanakan;
5. Memberikan
bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran;
6. Memberikan
penguatan pada perilaku pembelajaran;
7. Memberikan
feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan
siswa;
8. Melaksanakan
penilaian proses dan hasil;
9. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.
D. Rumpun Model Pemprosesan Informasi
Menurut
surya (2004) dalam syaiful sagalas (2012: 74) memiliki beberapa rumpun model pemrosesan informasi, yaitu:
(1) model berpikir induktif, (2) Model latihan inkuiri,
(3) inkuiri ilmiah, (4) penemuan konsep, (5) pertumbuhan konsep, (6) Model
piñata lanjutan, (7) memori.
Macam-macam
model pemrosesan informasi di atas akan dibahas secara lengkap sebagai berikut.
1. Berpikir
induktif
Model
ini merupakan karya besar Hilda taba. Ia juga termasuk salah satu pencetus
model pengembangan kurikulum yang bernama model pengembangan kurikulum Hilda
taba. Model berpikir induktif ini beranggapan bahwa kemampuan berpikir
seseorang itu tidak dengan sendirinya berkembang dengan baik jika proses
pembelajaran dikembangkan tanpa memperhatikan kesesuaian dengan kebutuhan
berpikir seseorang. Kemampuan berpikir harus diajarkan melalui pendekatan
khusus yang memungkin peserta didik terampil dalam berpikir.
Model
berpikir induktif ini merupakan suatu strategi mengajar yang dikembangkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik mengubah informasi. Kemudian model ini
dikembangkan atas dasar, (1) kemampuan berpikir dapat diajarkan, (2) berpikir
merupakan suatu transaksi aktif antara individu dengan data, dan (3) proses
berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang beraturan.
Model
berpikir induktif dilaksanakan dalam lima langkah, yaitu:
1. Membuat
unit-unit percobaan (producing pilot
units);
2. Menguji
unit-unit eksperimen (testing
experimental units) menguji ulang unit-unit yang telah digunakan oleh guru
dikelas itu sendiri, kelas lain atau kelas yang berbeda;
3. Merevisi
dan mengkonsolidasi yaitu mengadakan perbaikan dan penyempurnaan pada unit yang
dicobakan;
4. Mengebangkan
jaringan kerja untuk lebih meyakinkah apakah unit-unit yang telah direvisi dan
konsolidasi dapat digunakan lebih luas atau tidak;
5. Memasang
dan mendesiminasi unit-unit baru yang dihasilkan.
2. Latihan
inkuiri (inkuiri training)
Model
latihan inkuiri dicetuskan oleh richard suchman. Menurutnya bahwa model ini
digunakan untuk melatih peserta didik agar bisa melakukan penelitian,
menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara alamiah (saiful sagalas,
2014: 76). Tujuan utama model ini adalah bagaimana agar peserta didik agar bisa
memformulasikan masalah yang menarik, misterius, serta menantang agar peserta
didik bisa berpikir ilmiah.
Kemudian
menurut suchman dalam Uno (2009: 14) bahwa peserta didik: (1) secara alamiah
manusia memiliki kecendrungan untuk selalu mencari tahu akan segala sesuatu
yang menarik perhatiannya; (2) manusia akan menyadari rasa keingintahuan segala
sesuatu tersebut dan akan belajar untuk mengalisis strategi berpikirnya; (3)
srtategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan atau digabungkan
dengan strategi lama yang telah dimiliki oleh peserta didik; (4) penelitian
kooperatif dapat memperkaya kemampuan berpikir dan membantu peserta didik belajar
tentang suatu ilmu yang senantiasa bersifat tentative dan belajar menghargai
penjelasan atau solusi alternative.
Kemudian
menurut Anurrahman (2012: 162) menjelaskan bahwa model ini dikembangkan melalui
beberapa langkah, yakni sebagai berikut.
a) Mempertentangkan
suatu masalah (dalam hal ini guru menjelaskan prosedur inquiri dan menjelaskan
peristiwa-peristiwa yang bertentangan);
b) Siswa
melakukan pengumpulan data serta melakukan klarifikasi;
c) Siswa
melakukan pengujian hipotesis;
d) Siswa
mengorganisasikan data memberikan penjelasan;
e) Siswa
melakukan analisis strategi inquiri dan mengembangkan secara lebih efektif.
3. Inkuri
ilmiah
Model
inkuri ilmiah ini dipelopori oleh Josep J. Schwab. Model Inkuiri Ilmiah
bertujuan agar peserta didik agar bisa meneliti, menjelaskan fenomena dan
memecahkan masalah secara ilmiah serta mengajarkan bagaimana cara melakukan
pencarian dan perenungan tentang pilihan-pilihan dan alternative-alternatif
yang harus dihadapi manakala memmikirkan makna pendidikan, hakikat sains, dan
karakter pemikiran pendidikan.
Menurut
Aunurrahaman (2012: 161) penggunaan model ini dalam proses pembelajaran
dilakukan dalam beberapa tahap, yakni sebagai berikut.
a) Menyajikan
area dalam penelitian kepada siswa;
b) Siswa
merumuskan masalah;
c) Siswa
mengidentifikasi masalah di dalam kegiatan penelitian;
d) Siswa
menentukan cara-cara untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya.
Dalam
penerapan model ini dalam pembelajaran dituntut agar terciptanya iklim kelas
yang kooperatif. Dalam hal ini guru agar bisa membimbing terlaksananya proses
inquiry dan mendorong siswa agar berpartisipasi secara aktif dalam proses
pembelajaran.
4. Model
penemuan konsep
Model
penemuan konsep ini dipelopori oleh Jerome Bruner. Model ini berangkat dari
suatu pandangan bahwa lingkungan memiliki manusia yang beragam. Peserta didik
harus bisa membedakan, mengkatagorikan, dan menamakan semua itu sehingga
menemukan suatu konsep. Jadi model penemuan konsep adalah suatu pendekatan yang
bertujuan membantu siswa memahami konsep tertentu. Model ini bisa diterapkan
pada semua umur, mulai dari anak-anak sampai pada dewasa
Menurutnya
bahwa belajar memiliki tiga proses, yaitu: (1) memperoleh informasi baru; (2)
mentransformasi pengetahuan; (3) menguji relevansi dan ketepatan ilmu
pengetahuan.
Menurut
aunurrahman (2012: 158) bahwa model penemuan konsep merupakan model
pembelajaran yang dirancang untuk menata dan menyusun data sehingga
konsep-konsep penting dapat dipelajari secara tepat dan efisien.
Dalam
penerapan model ini dalam pembelajaran meliputi dalam tiga tahap, yakni sebagai
berikut.
a) Presentasi
data dan identifikasi konsep, meliputi:
1) Guru
mempresentasikan conto-contoh nama;
2) Siswa
membandingkan ciri positif dan negative dari contoh yang dikemukakan;
3) Siswa
menyimpulkan dan menguji hipotesis;
4) Siswa
memberikan arti sesuai dengan ciri-ciri esensial;
b) Menguji
pencapaian konsep yang meliputi beberapa kegiatan, meliputi:
1) Siswa
mengidentifikasi tambahan contoh yang tidak memiliki nama;
2) Guru
mengkofirmasikan hipotesis, konsep nama dan definisi sesuai dengan ciri-ciri
esensial.
c) Menganalisis
kemampuan berpikir strategis, meliputi:
1) Siswa
mendeskripsikan pemikiran-pemikiran mereka;
2) Siswa
mendiskusikan hipotesis dan atribut-atribut;
3) Siswa
mendiskusikan bentuk dan jumlah hipotesis.
5. Pertumbuhan
kognitif
Model
ini dipelopori oleh jean piaget dkk. Model ini menegaskan bahwa perkembangan
kognitif sebagian besar dipengaruhi oleh manipulasi dan interaktif aktif
peserta didik dengan lingkungannya dimana pengetahuan datang dari tindakannya.
Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif akan selalu berkembangan
pengalaman dan berubah terus menerus selama interaksi itu belangsung. Cara ini
akan membantu peserta didik agar meninmgkatkan pertumbuhan intelektualnya yang
dimulai dari proses reflektif sampai pada peserta didik mampu memikirkan
kejadian potensial dan secara mental mampu mengeksplorasi kemungkinan
akibatnya.
Pada
dasarnya model ini dirancang untuk meningkatkan perkembangan intelektual,
penalaran logis, tetapi dapat diterapkan pada perkembangan social, karena
pengalaman-pengalaman penting bagi terjadinya perkembangan.
Meurut Wina
Sanjaya (2007 : 234 - 236) ada enam tahapan yang harus dilakukan dalam model
pembelajaran pertumbuhan kognitif yaitu :
a) Tahap orientasi
Pada tahap ini
guru mengkondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran. Tahap
orientasi dilakukan dengan, pertama, penjelasan tujuan yang harus
dicapai baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran yang
harus dicapai, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau
kemampuan berpikir yang harus dimiliki siswa. Kedua, penjelasan proses pembelajaran
yang harus dilakukan siswa, yaitu penjelasan tentang apa yang harus dilakukan
siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.
b) Tahap pelacakan
Tahap pelacakan
adalah tahap penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa
sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahapan
ini guru mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap pengalaman apa
saja yang telah dimiliki siswa yang dianggap relevan dengan tema yang akan
dikaji.
c) Tahap
konfrontasi
Tahap konfrontasi
adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat
kemampuan dan pengalaman siswa. Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa
pada tahapan ini guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang memerlukan jawaban
atau jalan keluar. Pada tahap ini guru harus dapat mengembangkan dialog agar
siswa benar-benar memahami persoalan yang harus dipecahkan.
d) Tahap inkuiri
Pada tahap ini
siswa belajar berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuri, siswa diajak untuk
memecahkan persoalan yang dihadapi. Pada tahapan ini guru harus memberikan
ruang dan kesempatan untuk mengembangkan gagasan dalam upaya pemecahan
persoalan. Melalui berbagai tehnik bertanya guru harus dapat menumbuhkan
keberanian siswa agar mereka dapat menjelaskan, mengungkap fakta sesuai dengan
pengalamannya, memberikan argumentasi yang meyakinkan, mengembangkan gagasan
dan lain sebagainya.
e) Tahap akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahap pembentukan
pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut
untuk dapat menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema
pembelajaran. Pada tahap ini melalui dialog, guru membimbing agar siswa dapat
menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik yang
dipermasalahkan.
f) Tahap transfer
Tahap transfer
adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah yang
disajikan. Tahap transfer dimaksudkan sebagai tahapan agar siswa mampu mentransfer kemampuan
berpikir setiap siswa untuk memecahkan masalah-masalah baru. Pada tahap ini
guru dapat memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topik pembahasan
6. Advanced
Organizer
Model
ini dipelopori oleh david ausubel, yang dimana untuk menerapkan konsepsi
tentang struktur kognitif dalam merancang pembelajaran sehingga bisa meningkatkan
kemampuan siswa dalam mempelajari informasi yang baru.
Menurut
Aunurrahman (2012: 160) Advanced organizer dalam proses pembelajaran memiliki
tiga tahap, yaitu sebagai berikut.
a) Tahap
pertama
1) Menjelaskan
tujuan pembelajaran;
2) Menjelaskan
panduan pembelajaran;
3) Menumbuhkan
kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa yang relevan;
Pada
tahap ini dilakukan agar menarik minat peserta didik dan agar pemikiran dan
aktivitas yang mereka lakukan berorientasi pada tujuan pembelajaran.
b) Tahap
kedua
1) Menjelaskan
materi pembelajaran;
2) Menbangkitkan
perhatian siswa;
3) Mengatur
secara eksplisit tugas-tugas;
Pada
tahap ini, bagaimana guru mempertahankan perhatian siswa yang sudah tumbuh
melalui kegiatan tahap pertama agar mereka dapat memahami arah kegiatan secara
jelas.
c) Tahap
ketiga
1) Menggunakan
prinsip-prinsip secara terintegrasi;
2) Meningkatkan
keaktivitas pembelajaran;
3) Mengembangkan
pendekatan-pendekatan kritis guna memperjelas materi pembelajaran.
7. Memorisasi
Model
ini digunakan agar peserta didik mampu mengembangkan kemampuannya dalam
menyerap dan megintegrasikan informasi sehingga siswa-siswa dapat mengingat
informasi yang telah diterima dan dapat me-recall kembali pada saat yang
diperlukan.
Menurut
Aunurrahman (2012: 159) model pembelajaran jenis ini dapat dilakukan melalui
beberapa tahap berikut ini:
1. Mencermati
materi, yakni materi yang telah diberikan digarisbawahi bagian yang penting,
memberi tanda pada bagian yang diperlukan;
2. Mengembangkan
hubungan, yakni materi yang telah diberikan dicari hubungan antar materi yang
saling terkait, dengan menggunakan kata kunci, kata yang bergaris atau dengan
melingkarkan kata tertentu;
3. Mengembangkan
sensori image, dengan menggunakan teknik yang lucu atau mungkin dengan
kata-kata yang berlebihan sehingga lebih mudah diingat;
4. Melatih
re-call dengan memperhatikan tahapan sebelumnya dan hal ini harus
dipelajari secara terus menerus.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran adalah suatu konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Model pembelajaran berlandaskan pada prinsip-prinsip
pendidikan, teori-teori psikologis, sosiologis, psikiatri, analisis sistem, atau
teori-teori lainnya. Khususnya model pembejaran pemrosesan informasi
berlandaskan teori belajar kognitif yang dimana berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi dan
sistem-sistem yang dapat memperbaiki kemampuannya.
Model pembelajaran pada umumya
mempunyai beberapa cici-ciri, yakni (1) berlandaskan teori belajar, (2)
mempunyai tujuan, (3) sebagai pedoman dalam memperbaiki proses belajar, (4)
terdiri dari bagian (sintaks, prinsip reaksi, sistem social serta pendukung
lainnya), (5) adanya dampak, serta (6) sebagai pedoman dalam mendesain
pembelajaran.
Model pembelajaran pemrosesan
informasi adalah model pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik agar bisa
berpikir logis, berkreasi, produktif serta agar bisa memecahkan memecahkan
masalah yang sedang dan akan dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Model pembelajaran itu sendiri
memiliki rumpun model pembelajarannya sendiri, yakni berpikir induktif, latihan
inkuiri, inkuiri ilmiah, penemuan konsep, pertumbuhan kognitif, advanced
organizer dan memorisasi. Rumpun model pembelajaran tersebut tujuan sama, yakni
bagaimana agar peserta didik bisa berpikir logis, kreasi, produkti dan
memecahkan masalah. Dalam proses belajar mengajar, guru harus memahami
kemampuan awal siswa, prinsip belajar, strategi mengajar, kesesuaian materi
dengan kemampuan siswa, karakteristik siswa serta cara mengajar yang bisa
menumbuhkan minat belajar siswa.
B. Saran
Dalam
makalah ini hanya menyajikan secara singkat rumpun model pembelajaran
pemrosesan informasi. Dalam tiap rumpun model ini, mempunyai pembahasan yang
sangat luas dan mendalam. Oleh karena itu, pembaca diharapkan agar bisa
mendalaminya lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Syaiful sagalas. 2010. Supervisi pembelajaran dalam profesi pendidikan. Bandung:
Alfabeta
__________.
1986. Definisi Teknologi Pendidikan.
Jakarta: Rajawali
Oemar
Hamalik. 2011. Kurikulum dan pembelajaran.
Jakarta: Bumi aksara
Wawan Danasasmita. Model Pembelajaran dan pendekatannya. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_JEPANG/195201281982031./Makalah/PENDEKATAN_DAN_MODEL_PEMBELAJARAN.pdf. Diakses 6 Maret 2015.
Ahmad Mulyadiprana. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196209061986011-/PDF/Model_Pengembangan_Pembelajaran.pdf.
Diakses 6 Maret 2015.
http://supandiberaublogspotcom-andi.blogspot.com/2008/12/model-pembelajaran-pertumbuhan-kognitif.html diakses tanggal 10 Maret 2015
Langganan:
Postingan (Atom)